Pada dasarnya indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari harga terakhir terhadap rentang harga tertinggi dan harga terendah selama periode rentang waktu yang kita inginkan.
Indikator ini biasanya dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
dan dapat dikembangkan dengan mengubah periode waktu yang digunakan dalam perhitungan harga tertinggi dan terendah.
Pemikiran yang melatar belakangi indikator ini adalah kecenderungan harga untuk mendekati harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya pada saat nilai pasar naik (bullish) dan mendekati nilai terendah yang pernah dicapai sebelumnya pada saat nilai pasar menurun (bearish). Sinyal transaksi dapat ditentukan saat osilator stochastic memotong garis pergerakan rata-rata (moving average).
Dua indikator osilator stochastic biasanya digunakan untuk menghitung variasi pergerakan harga kedepan, yaitu suatu stochastic cepat (%K) dan sochastic lambat (%D). Perbandingan dari statistik ini adalah merupakan suatu indikator kecepatan yang bagus guna menentukan pada harga berapakah perubahan akan terjadi . Stochastic cepat atau %K adalah sama dengan Williams %R, dengan menggunakan skala 0 hingga 100 dan bukannya -100 ke 0, tetapi terminologi keduanya tetap berbeda .[1]
Stochastic cepat atau juga biasa disebut Stoch %K menggunakan cara perhitungan rasio sebagai berikut:
- HP=Harga penutupan
- Terendah=harga terendah
Biasanya nilai "N" yang digunakan adalah 14 hari namun ini dapat saja bervariasi. Apabila harga penutupan saat ini adalah merupakan harga yang terendah dalam N-hari terakhir, nilai %K adalah 0, dan apabila harga penutupan saat ini adalah merupakan harga tertinggi dalam N-hari terakhir maka nilai %K=100.
Stochastic oscillator lambat atau juga disebut Stoch %D menggunakan perhitungan pergerakan harga sederhana dari statistik Stoch %K melintasi periode s periods . Biasanya s=3:
atau lebih umum digunakan:
Rentang osilator %K dan %D adalah dari 0 hinga 100 dan sering kali dinyatakan dalam bentuk tanda garis. Tingkat yang mendekati ekstrem adalah 100 dan 0, baik bagi %K maupun %D, mengindikasikan kekuatan atau kelemahan yang disebabkan oleh karena terbentuknya harga atau mendekati harga tertinggi atau terendah baru dalam N-hari.
Terdapat dua jenis metode yang terkenal untuk menggunakan indikator %K dan %D dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham. Metode pertama adalah menggunakan perlintasan dari sinyal %K dan %D dan metode kedua adalah menggunakan asumsi bahwa %K dan %D terombang-ambing (oscillate) dalam melakukan keputusan beli dan jual .[2]
Pada metode pertama, %D berlaku sebagai pemicu atau garis sinyal untuk %K. Sinyal beli akan diperoleh sewaktu %K memotong keatas melintasi %D, ataupun sebaliknya dengan sinyal jual yang akan diperoleh ketika %K memotong kebawah melintasi %D.[2] Perlintasan tersebut dapat saja terjadi dengan amat sering dan untuk menghindari sinyal palsu maka sebaiknya ditunggu terjadinya suatu lintasan yang bersamaan dengan indikasi kelebihan minat beli (overbought) ataupun kelebihan minat jual (oversold) ataupun hanya pada saat terjadinya puncak atau menembus garis %D.[1] Apabila volatilitas harga amat tinggi, maka dapat digunakan pergerakan rata-rata yang sederhana dari indikator Stoch %D
Pada metode kedua, beberapa analis memperdebatkan bahwa %K atau %D pada tingkat di atas 80 dan di bawah 20 dapat diartikan sebagai kelebihan minat jual ataupun beli. Harap diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja 30/70 atau yang lain.
Keadaan oversold ini akan memicu naik turunnya harga dalam jangka panjang. Apabila sedang terjadi kenaikan harga namun stochastic sudah menuju titik overbought-nya dan mulai meninggalkan area tersebut, itu berarti akan terjadi tekanan pada laju kenaikan harga yang pada akhirnya membuat harga kembali turun sampai keseimbangannya yang baru.
Dalam teori bahwa harga terombang-ambing (oscillate), kebanyakan analis termasuk juga George Lane, merekomendasikan untuk melakukan pembelian atau penjualan saat terjadinya pembalikan arah .[1][2] Atau dengan kata lain, pembelian atau penjualan dapat dilakukan setelah terjadinya sedikit pergerakan kearah balik, misalnya apabila indikator bergerak keatas angka 80 maka investor harus menunggu hingga indikator berada sedikit dibawah 80 untuk melakukan pnjualan ( sinyal jual).
George Lane, seorang analis keuangan pada era 1950an adalah merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan dari stochastic oscillators ini untuk meramalkan pergerakan harga kedepannya
Stochastic Oscillator
Indikator Stochastic Oscillator adalah suatu indikator momentum yang menunjukkan lokasi harga penutupan terakhir dibandingkan dengan range harga terendah atau tertinggi selama periode waktu tertentu.Indikator ini dikembangkan oleh George C.Lane di akhir 1950-an.
Ada tiga versi dari indikator Stochastic Oscillator yaitu Fast Stochastic,Slow Stochastic dan Full Stochastic.
Dan yang akan dibahas pada artikel ini adalah Slow Stochastic karena versi yang ini lebih mudah dibaca dan paling sering digunakan oleh para trader.
Slow Stochastic memiliki 3 parameter yaitu %K periode (dalam artikel ini merupakan garis warna biru). %D periode (garis warna merah) dan smooth.Nilai stochastic berada antara 0-100.
Karena stochastic merupakan sebuah indikator momentum maka indikator ini tidak selalu mengikuti pergerakan harga naik atau turun.
Kekeliruan banyak trader yang menggunakan indikator stochastic adalah menjadikan indikator ini untuk mengukur overbought (jenuh beli) dan oversold (jenuh jual) suatu pergerakan harga.Banyak trader yang beranggapan bahwa jika nilai stochastic di atas 80 merupakan indikasi bahwa harga overbought dan kemungkinan akan terjadi perubahan trend menjadi bearish,demikian pula jika nilai stochastic di bawah 20 dianggap merupakan indikasi bahwa harga oversold dan kemungkinan akan terjadi perubahan trend menjadi bullish.
Tentu saja tidak demikian.Jika nilai stochastic di atas 80 artinya bahwa momentum harga naik sedang kuat dan harga memiliki kecenderungan untuk terus bergerak naik. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Jika nilai stochastic di bawah 20 artinya bahwa momentum harga turun sedang kuat dan harga memiliki kecenderungan untuk terus bergerak turun. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Penggunaan Stochastic
Slow Stochastic dapat digunakan sebagai sinyal beli dan sinyal jual.
Jika garis %K (warna biru) memotong garis %D (warna merah) ke atas,berarti itu sinyal untuk beli.Jika garis %K memotong garis %D ke bawah,berarti itu sinyal untuk jual.Tetapi perlu diingat bahwa,keputusan untuk beli dan jual tidak boleh hanya berdasarkan indikator stochastic saja.Anda harus melihatnya dalam satu konteks dengan pergerakan harga atau melihat market structure-nya juga.Anda harus memadukan indikator stochastic dengan analisis teknikal lainnya.Misalnya dengan support dan resistance.
Untuk membuat keputusan beli Anda harus melihat apakah harga sedang berada di area support apa tidak.Dan apakah sinyal stochastic memberikan sinyal beli?
Perhatikan gambar di bawah ini.
Seperti yang dapat Anda lihat pada gambar di atas.Ketika harga berada di area support dan indikator stochastic memberikan sinyal beli (garis %K memotong garis %D ke atas) maka itu adalah saat yang tepat untuk membeli.
Tidak serta merta jika indikator stochastic memberikan sinyal beli Anda langsung eksekusi beli.Selalu lihat Big Picture-nya.
Sama halnya ketika Anda ingin menjual,Anda harus melihat pergerakan harga berada di area resistance apa tidak? Jika berada di area resistance dan indikator stochastic memberikan sinyal jual (garis %K memotong garis %D ke bawah) maka itu adalah saat yang tepat untuk menjual seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Nilai standar yang ada pada slow stochastic adalah (5,3,3). Sebaiknya Anda menggunakan settingan standar saja secara konsisten.
Tetapi jika ingin menggunakan settingan sesuai dengan yang Anda mau untuk mengoptimalkan hasil trading,Anda harus selalu melakukan backtesting untuk mengetahui hasil settingan tersebut.
Good Luck!
Enjoy the process and have good trading habits!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar